Senin, 01 April 2024

Wisata Religi di Pesarean Imogiri

 

Pasarean Imogiri, sumber foto : https://budaya.jogjaprov.go.id/

Tidak bisa dipisahkan dengan Kraton Yogyakarta, Pemakaman Imogiri merupakan tempat peristirahatan terakhir para Raja Mataram beserta keturunannya baik Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta. Bagi Kasultanan Yogyakarta, Sultan yang mangkat akan melewati Plengkung Gading untuk menuju Pemakaman Imogiri. Semasa hidupnya, Sultan dilarang melewati Plengkung Gading kemanapun tujuannya. Plengkung Gading hanya dilewati Sultan yang sudah mangkat menuju peristirahatan terakhirnya.

Pemakaman Imogiri disebut juga dengan Pasarean Imogiri terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pasarean Imogiri berjarak 16 km di sebelah Selatan Kraton Yogyakarta. Imogiri terdiri dari dua kata yaitu Hima yang berarti kabut dan Giri yang berarti gunung. Pasarean Imogiri bisa diartikan sebagai pemakaman yang berada di gunung (tempat yang tinggi) dan berselimut kabut.

Pembangunan Pasarean Imogiri digagas oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo. Pembangunannya dimulai sejak tahun 1632. MItos yang ada, Sultan Agung Hanyokrokusumo ingin dimakamkan di Tanah Mekah yang memiliki keharuman. Namun beberapa penasihat mengurungkan dengan alasan pengikut Sultan Agung akan kesulitan untuk berziarah. Kemudian tanah yang harum dari Mekah dibawa oleh Sultan Agung ke Mataram dan melemparkannya. Lokasi jatuhnya tanah tersebut adalah tempat dimana Sultan Agung dimakamkan kelak yang saat ini disebut Bukit Merak. Sultan Agung tidak hanya memikirkan makam untuk diri sendiri tapi juga untuk keluarga dan keturunannya sehingga dibangunlah Pemakaman Imogiri dengan luas sekitar 10 hektar.

Sultan Agung Hanyokrokusumo merupakan Raja Mataram pertama yang dimakamkan di Pasarean Imogiri. Dengan terpecahnya Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta tetap menyatukan mereka di tempat peristirahatan terakhirnya. Kompleks untuk pemakaman Raja dari Kasultanan Yogyakarta (Sri Sultan Hamengku Buwono) berada di sisi Timur. Sedangkan untuk pemakanan Raja dari Kasunanan Surakarta (Susuhunan Paku Buwono) berada di sisi Barat.

Sri Sultan Hamengku Buwono yang dimakamkan di Pasarean Imogiri mulai dari HB I (Hamengku Buwono I) , HB III sd HB IX. Sri Sultan Hamengku Buwono II dimakamkan di komplek pemakaman Kotagede. Hal itu karena ketika beliau wafat sedang terjadi pertempuran antara Pangeran Diponegoro melawan Belanda. Sehingga dengan pertimbangan keamanan, beliau tidak dimakamkan di Pasarean Imogiri.

Pasarean Imogiri menjadi tujuan utama kegiatan ziarah leluhur Mataram. Bagi para peziarah wajib mentaati beberapa tata tertib jika masuk zona tertentu di kawasan ini. Salah satunya adalah wajib menggunakan pakaian adat seperti yang digunakan oleh abdi dalem. Bagi wanita menggunakan kain sebatas dada sedangkan bagi pria meggunakan kain, surjan, dan blangkon. Kesemuanya dilarang menggunakan alas kaki dan perhiasan. Peziarah dilarang menyalakan suara seperti radio dan handphone agar tidak mengganggu peziarah lainnya.

Tidak setiap hari pengunjung dapat berziarah dengan leluasa. Untuk hari biasa, ziarah hanya diperkenankan pada hari Senin dan Jumat mulai pukul 10.00 WIB sd 13.00 WIB. Ziarah juga dibuka pada tanggal 1 dan 8 Syawal serta tanggal 10 Dzulhijjah. Namun selama Bulan Ramadan ziarah ditutup penuh.

Jadwal Ziarah, sumber foto : https://budaya.jogjaprov.go.id/


Bagi pengunjung yang tidak melakukan ziarah kubur, bisa menikmati suasana Bukit Merak. Di area parkir kendaraan terdapat banyak sekali warung yang menjajakan masakan siap saji dan juga oleh-oleh. Bubur gudeg, sayur tradisional, pecel, bisa ditemui di sini. Pengunjung yang akan mencari oleh-oleh khas Imogiri adalah wedang uwuh yang banyak ditemui baik di warung tersebut bahkan di rumah produksi sekitar lokasi.

Pengunjung yang membawa anak, ajaklah menaiki andong mengelilingi kawasan sekitar makam. Tentu akan menjadi kesan tersendiri menikmati angin sepoi-sepoi menerpa wajah dan melihat kibasan ekor si kuda.

Tidak salah, ketika Pasarean Imogiri menjadi salah satu tempat wisata favorit di DIY. Bisa wisata sejarah dan juga wisata religi di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nuansa Tempo Dulu di Pasar Pundensari

  Sumber foto : koleksi pribadi Mungkin nama Pasar Pundensari masih terdengar asing di telinga kita semua. Memang pasar ini terletak di Kabu...