Minggu, 21 November 2021

Air Terjun Ngadiloyo Yang Bersembunyi Di Balik Telaga Sarangan

             


         Wisata ke Sarangan ternyata tidak hanya tentang telaga saja melainkan ada sebuah air terjun yang indah dan menarik untuk dikunjungi di sana. Air terjun Ngadiloyo namanya.

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Air Terjun Ngadiloyo terletak di kawasan wisata Telaga Sarangan. Loket untuk masuk ke lokasi air terjun berada di belakang patung pesawat yang ada di sisi barat telaga.


Tiket masuk yang ditawarkan adalah Rp. 7.000,-/orang. Terdiri dari tiket untuk masuk ke kawasan air terjun sebesar Rp. 5.000,-/org, kemudian retribusi jalan Ngluweng sebesar Rp. 1.000,-/org, juga retribusi jalan menuju air terjun sebesar Rp. 1.000,-/org.

Dari pintu gerbang tersebut, kendaraan baik roda empat maupun roda dua masih bisa melanjutkan perjalanan kira-kira sejauh 500 meter. Namun perlu diperhatikan bahwa medannya cukup menaikkan adrenalin dengan jalan yang naik turun dan berkelok-kelok tajam.

Setelah 500 meter, sampailah ke lahan parkir yang sudah disediakan oleh warga sekitar. Nah, jasa penitipan kendaraan tidak termasuk dalam tiket yang disebutkan di atas. Sepeda motor harus membayar Rp. 3.000,- untuk parkir di sini.

Setelah menitipkan kendaraannya, kita harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki kurang lebih 700 meter. Maka, harus menyiapkan fisik dan perbekalan demi bisa mencapai lokasi air terjun.


Perjalanan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu sebelum Bendungan Ngluweng, dan setelah Bendungan Ngluweng. Untuk perjalanan sebelum Bendungan Ngluweng dapat dikategorikan perjalanan yang mudah. Rute yang dilalui adalah landai dengan jalan yang sudah dihaluskan. Hanya dengan berjalan santai kita bisa menikmati udara sejuk dan pemandangan terasering yang menyegarkan mata. Sepanjang perjalanan di bagian pertama ini terdapat 2 lokasi kamar kecil dan musholla yang bisa digunakan sebagai shelter atau tempat beristirahat. 


Setelah kurang lebih 300 meter kita berjalan santai, sampailah di Bendungan Ngluweng. Jika ingin beristirahat sambil melepas lelah, bisa dilakukan sambil menikmati suasana bendungan yang ada. Akan tetapi jangan terlena dan harus berhati-hati untuk beraktivitas di sekitar bendungan.

  Jika stamina dirasa sudah pulih, maka perlu semakin menguatkan niat untuk meneruskan perjalanan. Karena setelah Bendungan Ngluweng, medan yang akan dilalui sangatlah terjal dan menguras energi. Sangat berbeda dengan perjalanan sebelum Bendungan Ngluweng. 




Selepas Bendungan Ngluweng jalan langsung menanjak terjal dan relatif menyempit. Sehinga perlu ekstra hati-hati untuk melaluinya. Tidak perlu berjalan terburu-buru agar nafas tidak ngos-ngosan. Jalan saja dengan pelan sambil mengatur nafas sehingga tidak terlalu capek. Nikmati pula udara yang makin sejuk seiring dengan semakin tingginya lokasi yang kita capai. Pemandangan di sekitar mengundang kita untuk mengabadikannya. Sembari berfoto ria, bisa pula digunakan untuk mengatur nafas demi perjalanan selanjutnya.

Setelah Bendungan Ngluweng hingga air terjun, dapat kita temui 2 lokasi kamar mandi dan musholla yang tersedia. Sehingga kita tidak perlu khawatir jika harus buang air kecil lebih sering, karena udara yang semakin dingin dan banyaknya cairan yang diminum namun tidak ada keringat yang keluar. 



Tak lama kemudian sampailah kita di Air Terjun Ngadiloyo atau dikenal juga dengan Air Terjun Tirto Sari yang berlokasi di Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan. Melihat indahnya air terjun setinggi kurang lebih 50 meter dengan air yang jernih seakan menghapus lelah yang sedari tadi menghantui perjalanan kita.

Untuk mencapai air terjun dari jarak dekat tidaklah sulit. Karena sudah tersedia tangga di kanan kiri air terjun yang memudahkan pengunjung mencapainya. Yang ingin berbasah-basahan atau hanya sekedar mengusap muka menggunakan dinginnya air, bisa segera menuju ke bawah air terjun. Dan rasakan sensasi kulit yang sedikit panas karena terkena jatuhan air dari ketinggian 50 meter tersebut. 



Tidak bisa dipungkiri, perjalanan untuk mencapai air terjun ini sangat menguras energi. Namun, tak perlu khawatir, karena di lokasi air terjun terdapat warung yang menjual sate ayam maupun sate kelinci dan teh panas yang bisa memulihkan tenaga untuk perjalanan pulang.

Nah, suatu pengalaman tersendiri bukan? bisa menyaksikan Air Terjun Ngadiloyo yang bersembunyi dibalik ketenaran Telaga Sarangan.

 

 

 

Kamis, 11 November 2021

Soto Seribu Rupiah di Kota Madiun


    Siapa yang tidak mengenal soto? Salah satu menu yang mudah dijumpai di setiap tempat, tentu saja dengan ciri khas masing-masing daerah. Secara umum, soto adalah masakan berkuah bening berwarna kuning yang berisi tauge, kol dan soun. Bisa ditambah dengan ayam suwir, maupun daging.

    Di Kota Madiun ada salah satu tempat makan yang menjual soto beserta lauk pauknya dengan harga dipukul rata yaitu seribu rupiah!. Sungguh membuat penasaran, seperti apa isi dari soto jika hanya dibrandol seharga seribu rupiah saja?


    Soto sewu ini berisi nasi, kuah soto, tauge, irisan kol, dan juga ayam suwir. Mangkok yang digunakan memang lebih kecil daripada mangkok soto pada umumnya. Bisa dilihat dari perbandingan diameter mangkok soto dengan diameter air minum dalam kemasan. Tapi bayangkan saja, harga seribu rupiah sudah mendapat ayam suwir, loh! Sungguh sangat murah meriah sekali.

    Sebagai pelengkapnya tersedia juga aneka gorengan (tempe gembus, bakwan/heci, dan sundukan usus). Masing-masing seharga seribu rupiah. Selain itu minuman yang tersedia adalah air minum dalam kemasan yang juga dibrandol seharga seribu rupiah saja.

    Tempat makan ini berlokasi di Jl. Abdul Rahman Saleh, Kelurahan Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun. Tepatnya di depan SMA 6 Madiun, berseberangan dengan SDN 2 Kartohardjo. Pengunjung dapat menikmati soto beserta pelengkapnya di trotoar dengan beralaskan tikar lipat. Soto dan gorengan ditempatkan pada gerobak yang terparkir di pinggir jalan tersebut. Untuk gorengan dan sundukan pengunjung dipersilakan mengambil sendiri, namun untuk soto akan diantar oleh penjual.

    Soto sewu mulai buka pada Bulan Desember 2020. Di saat pandemi covid 19 merajalela, pemilik soto sewu mawon ini berniat untuk membantu masyarakat agar tetap bisa mendapatkan makanan dengan harga yang terjangkau.

    Jika ingin mencicipi soto ini, segera merapat pada pagi hari mulai pukul 05.30 WIB. Karena biasanya pada pukul 10.00 WIB soto ini sudah habis.

Nuansa Tempo Dulu di Pasar Pundensari

  Sumber foto : koleksi pribadi Mungkin nama Pasar Pundensari masih terdengar asing di telinga kita semua. Memang pasar ini terletak di Kabu...